Landasan Psikologi Anak


Landasan Psikologi
a. Psikologi anak
      Sekolah didirikan untuk anak, untuk kepentingan anak, yakni menciptakan situasi-situasi di mana anak dapat belajar untuk mengembangkan bakatnya. Anak baru dikenal sebagai anak setelah Rousseau, bahwa anak membutuhkan kebutuhan sendiri sesuai dengan perkembangannya, berbeda dengan orang dewasa. Sehingga sejak permulaan abad ke-20 anak kian mendapat perhatian dan menjadi salah satu asas dalam pengembangan kurikulum. Yang akhirnya menimbulkan aliran yang disebut progresif, dan kurikulum yang semata-mata didasarkan atas minat dan perkembangan anak, yaitu “Child-centered curriculum”.
b. Psikologi belajar
Pendidikan menyangkut perilaku manusia itu sendiri sehingga tidak terlepas dengan unsur-unsur psikologi. Anak-anak dapat belajar, menguasai sejumlah pengetahuan, mengubah sikapnya, menerima norma-norma dan menguasai sejumlah keterampilan karena proses belajar dan pendidikan itu sendiri.
Menurut Tyior (1968), psikologi digunakan dalam perencanaan kurikulum untuk tiga tujuan, yaitu (1) sebagai pedoman dalam penyusunan program mata pelajaran untuk belajar dan mengajar, (2) sebagai metode empirik untuk mempelajari bagaimana materi kurikulum ditransaksi dalam mengajar, dan (3) sebagai sumber pengkajian penilaian proses dan hasil belajar.
Program-program pendidikan yang disusun dalam kegiatan belajar dan mengajar harus disesuaikan sesuai dengan tingkat perkembangan usia peserta didik yang akan mempelajari materi atau bahan pelajaran.
Tingkat perkembangan usia peserta didik ini merupakan salah satu kajian dari psikologi perkembangan. Bagaimana bahan pelajaran ini dapat diserap atau dikuasai oleh peserta didik hanya dapat diketahui melalui pengkajian psikologi belajar. Psikologi belajar memusatkan perhatiannya untuk mempelajari bagaimana peserta didik belajar melalui kegiatan belajar mengajar yang bermakna.Untuk mengetahui proses penyerapan atau penguasaan bahan ajar dikuasai oleh peserta didik maka diperlukan adanya suatu pengukuran atau pengujian.
Landasan psikologis dimaksudkan, bahwa proses belajar mengajar harus memperhatikan prinsip psikologis, baik teori tentang belajar maupun perkembangan individu. Terdapat beberapa kelompok teori belajar, diantaranya:
·         Teori Behaviorisme
Salah satu tokoh dari teori ini adalah Skinner. Para penganut ini berpandangan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku. Artinya, anak sebagai organisme yang merespon setiap stimulus dari dunia sekitarnya, bisa berupa ganjaran (reward) atau penguatan (re inforcement).
Fungsi guru dalam kaitannya dengan teori ini adalah menyajikan stimulus tertentu yang dapat membangkitkan respon siswa berupa hasil belajar yang diinginkan. Sehingga bahan pelajaran harus dipilah-pilah menjadi butir-butir informasi, lalu diurut mulai dari yang sederhana sampai kepada yang paling kompleks.
·         Teori Perkembangan Kognitif
Salah satu tokoh dari penganut aliran ini Peaget. Para penganut teori ini beranggapan bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikendalikan oleh reward dan re inforcement, tetapi juga tingkah laku seseorang didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
Untuk itu anak harus dibimbing secara berhati-hati dan diberi pelajaran yang sesuai dengan perkembangan mentalnya, dengan kata lain apa yang diberikan kepada anak didik harus disesuaikan dengan perkembangan kognitifnya. Sehingga, guru dapat menyesuaikan pendekatan-pendekatan apa yang harus diberikan dan materi apa yang akan disuguhkan sesuai dengan tingkat dan kemampuan olah pikir anak didik tersebut, sehingga besar kemungkinan hasil belajar yang dicapai akan optimal.
·         Teori Humanistik
Tokoh utama penganut aliran ini adalah Rogers dan Combs. Aliran ini berpendapat bahwa setiap individu dapat menentukan tingkah lakunya sendiri terlepas dari lingkungan. Penyusunan dan penyajian materi harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa. karena tujuan utama pendidik adalah membantu masing-masing individu untuk mengenal diri sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka.
·         Teori Kepribadian
Dipelopori oleh Pech dan Havighurdt, dimana mereka mengembangkan tipologi kepribadian yang disebut sebagai “teori motivasi”, menurutnya ada 5 tipe watak yang berpengaruh terhadap pola motivasi individu, antara lain:
1. Tipe a-moral: anak sepenuhnya egosentris, ia memuaskan diri tanpa menghiraukan perasaan orang lain.
2. Tipe expedient: anak egosentris, patuh tanpa pemiliki sistem moral internal dan dengan demikian dapat memuaskan kebutuhan diri, jadi ia diatur oleh kontrol eksternal.
3. Tipe konformis: anak berusaha memenuhi tuntutan eksternal karena takut tidak mendapat perhatian dan penghargaan, jadi anak masih belum mempunyai sistem moral internal.
4. Tipe irrational conscientious: artinya anak memiliki sistem moral internal tentang yang baik dan yang buruk, akan tetapi dalam pelaksanaannya ia sangat ketat dan kaku tanpa pengizinkan pengecualian atau pertimbangan sehingga tampaknya seperti mengabaikan perasaan orang lain, karena itu orang menganggapnya irrational.
5. Tipe alturistik rational: sistem moral anak sangat berkembang, ia menyadari kebutuhan dan keinginan orang lain dan ia sangat sensitif dan rela berkorban untuk orang lain. (S. Nasution, 1989: 33)
Tiap individu berkembang melalui tahapan-tahapan perkembangan yang antara satu individu dengan individu lainnya berbeda-beda dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
Dengan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa memahami dan mempelajari teori belajar merupakan faktor penting yang harus dipelajari dan dikuasai oleh guru dalam rangka pelaksanaan pengajaran. Seorang guru harus mengetahui bagaimana cara belajar siswa. Dengan demikian seorang guru dapat menyesuaikan dirinya dengan kondisi belajar anak dan dapat menetapkan metode apa yang cocok dipakai agar sesuai dengan tujuan dan karakteristik siswanya.


DAFTAR PUSTAKA

Jihad, Asep. 2008. Pengembangan Kurikulum Matematika (Tinjauan Teoritis dan Historis). Bandung: Multi Pressindo.
Nasution, S. 2011. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.
Nurdin, Syafruddin. 2005. Guru Profesional & Implementasi Kurikulum. Jakarta: Quantum Teaching.


0 komentar:

Posting Komentar