Ada beberapa orang yang bertanya “Kenapa mau jadi guru?”. Sebenarnya awal mula ingin menjadi guru itu saat saya masih SD. Gatau kenapa setiap ngeliat guru ngajar di depan kelas ada rasa kagum yang gak bisa dijelasin sama kata-kata. Nah dari situ lama kelamaan punya cita-cita jadi guru. Disaat dulu SD anak-anak di kelas kebanyakan bercita-cita jadi dokter, saya tetep kekeuh mau jadi guru. Di rumah sering main “guru-guruan” sama teman-teman di rumah, dan saya yang jadi gurunya. Dulu sewaktu ditanya “kenapa mau jadi guru?” jawabnya paling “gatau, kayanya keren bisa di depan kelas sambil ngajarin orang-orang”. Iya, sesimpel itu dulu pemikiran saya buat jadi guru.
Seiring bertambahnya usia, semangat untuk jadi guru tidak pernah surut dalam diri saya. Saat SMA dan ditanya ingin masuk ke kampus mana, saya memilih UNJ karena disana merupakan salah satu kampus pendidikan yang mencetak para guru-guru. Setelah beberapa konflik dilalui karna masalah dalam pemilihan jurusan, Alhamdulillah akhirnya saya diterima masuk di UNJ jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui jalur SNMPTN. Rasanya sangat menggembirakan dapat satu langkah lebih dekat untuk menjadi seorang guru seperti yang saya impikan selama ini.
Seiring bertambahnya usia, semangat untuk jadi guru tidak pernah surut dalam diri saya. Saat SMA dan ditanya ingin masuk ke kampus mana, saya memilih UNJ karena disana merupakan salah satu kampus pendidikan yang mencetak para guru-guru. Setelah beberapa konflik dilalui karna masalah dalam pemilihan jurusan, Alhamdulillah akhirnya saya diterima masuk di UNJ jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar melalui jalur SNMPTN. Rasanya sangat menggembirakan dapat satu langkah lebih dekat untuk menjadi seorang guru seperti yang saya impikan selama ini.
Selama kuliah sampai saat ini banyak sekali suka duka untuk menjadi guru yang saya alami. Menjadi guru tidak semudah yang dipikirkan. Banyak hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyampaikan ilmu kepada anak didik saya nanti. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan makanan sehari-hari bagi mahasiswa calon guru seperti saya dan teman-teman. Saya harus dapat membuat media pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sesuai jenjang usia siswa yang saya ajarkan, memahami setiap kurikulum yang ada di Indonesia dan yang lebih penting ada mampu memahami karakteristik dari siswa yang nanti akan menjadi peserta didik saya. Saya juga diberitahu untuk tidak hanya mengajar tapi juga harus mendidik murid saya nanti. Memang beda? Tentu beda. Apabila mengajar adalah hanya sampai kegiatan untuk menyampaikan materi ajar kepada para siswa. Maka mendidik lebih menekankan kepada meningkatkan keterampilan sikap. Jadi, mengajar belum tentu mendidik. Apabila saat di kelas murid diajarkan tentang contoh-contoh norma kejujuran, maka guru juga perlu mendidik bagaimana murid harus menerapkan norma-norma tersebut di dalam kehidupan sehari-hari.
Saya yang tergolong ke dalam pribadi Introvert, awalnya sempat kesulitan saat harus melakukan demonstrasi pengajaran di depan banyak orang. Akhirnya lama-kelamaan kepercayaan diri saya mulai tumbuh dan saya belajar untuk menjadi se-komunikatif mungkin saat menjadi guru. Karena apabila ada niat pasti ada jalan untuk belajarJ
Saya ingin kedepannya menjadi guru kreatif yang dapar membuat proses belajar menyenangkan menggunakan metode dan alat peraga yang sesuai. Guru yang dapat memahami karakteristik setiap siswanya dan mampu mengembangan setiap keterampilan dan kepintaran yang dimiliki setiap siswa yang pasti berbeda-beda. Saya ingin menjadi guru yang dapat menjalin kedekatan dengan semua siswa saya. Menjadi guru yang mampu memotivasi siswanya untuk menjadi semangat dan lebih baik lagi ke depannya. Untuk para guru di luar sana, terima kasih untuk kerja keras kalian. Saya bangga nantinya bisa menjadi bagian dari diri kalian. Ternyata jalan yang ditempuh untuk mendidik anak-anak Indonesia selama ini tidaklah mudah. So, jangan pernah memandang sebelah mata guru kalian yaaaa.....
_DN_
0 komentar:
Posting Komentar