Selama di
sekolah, guru mempunyai peran penting terhadap penyesuaian emosional dan sosial
anak dan terhadap perkembangan kepribadiannya. Sehubungan dengan perkembangan
intelektual, pada semua jenjang pendidikan guru merupakan kunci kegiatan
belajar siswa yang berhasil guna (efektif), terutama pada tingkat sekolah
dasar. Hal ini mudah dipahami karena di sekolah dasar umumnya seluruh pelajaran
dipegang oleh guru kelas, kecuali mingkin untuk pelajaran seperti Agama,
Olahraga, dan Kesenian yang menuntut keterampilan khusus dari guru.
Masalah khusus
yang berhubungan dengan pengajaran anak berbakat pada dasarnya merupakan
masalah bagaimana menghadapi perbedaan-perbedaan anak. Perbedaan dalam peran
guru berdasarkan ciri-ciri khas anak berbakat, yang terampil dalam situasi
belajar dan cara guru menangani ciri-ciri tersebut. Karena falsafah pendidikan
mengakui adanya perbedaan individual dan bertujuan mengembangkan bakat dan
kemampuan setiap anak didik secara optimal, maka dengan sendirinya kualifikasi
guru harus berbeda sesuai dengan sifat-sifat dan kemampuan anak didik.Apakah
implikasinya bagi guru anak berbakat? Implikasi tersebut disimpulkan oleh
Barbed an Renzulli (Munandar, 1999: 62) sebagai berikut:
1. Memahami diri sendiri
Pertama-tama
guru perlu memahami diri sendiri,
karena anak yang belajar tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru,
tapi juga bagaimana guru melakukannya.Mustahil mengharapkan seseorang dapat
memahami kebutuhan, perasaan, dan perilaku orang lain, jika ia tidak mengenal
diri sendiri. Dalam menghadapi siswa-siswanya, guru yang baik selalu menilai
kemampuan, persepsi, motivasi, dan perasaan-perasaanya sendiri. Guru perlu
menyadari baik kekuatan-kekuatan maupun kelemahan-kelemahannya. Anak berbakat
akan paling maju di bawah bimbingan guru yang memiliki kecerdasan cukup tinggi,
memiliki pengetahuan umum yang luas, serta menguasai mata pelajaran yang
diajarkannya secara cukup mendalam.
Jika guru pada
saat-saat tertentu tidak mengetahui sesuatu dan tidak dapat menjawab pertanyaan
siswanya, adalah lebih baik mengatakan “Saya tidak tahu: marilah kita cari
jawabannya bersama-sama!” atau “Berilah saya waktu untuk memikirkannya!”
Jawaban seperti ini akan lebih mendapat penghargaan dan kepercayaan siswa
daripada jika guru menjawab asal saja. Mengapa? Karena anak berbakat bersifat
kritis, mempunyai kemampuan penalaran yang tinggi, dan suka mempertanyakan
segala sesuatu.
Guru perlu juga
menguji perasaan-perasaannya terhadap anak berbakat. Sikap menguji atau
mempertanyakan dari anak berbakat dapat menjengkelkan guru yang bersifat
otoriter. Penjelasan guru yang biasanya diterima begitu saja oleh kebanyakan
anak mungkin diragukan oleh anak berbakat. Jika guru menunjukkan perasaan tidak
senang oleh pertanyaan-pertanyaan anak berbakat, ia dapat mematikan rasa ingin
tahu anak, sedangkan guru yang terbuka terhadap gagasan dan pengalaman baru
akan meluaskan dimensi minat anak.
2. Memiliki pengertian tentang
keberbakatan
Di samping memahami diri sendiri, guru guru perlu memiliki pengertian tentang keberbakatan. Oleh karena itu, guru
yang akan membina anak berbakat perlu memperoleh informasi dan pengalaman
mengenai keberbakatan, tentang apa yang diartikan tentang keberbakatan,
bagaimana ciri-ciri anak berbakat, dan dengan cara-cara apa saja kebutuhan
pendidikan anak berbakat dapat terpenuhi. Dengan mengetahui kebutuhan-kebutuhan
pendidikan anak berbakat, guru akan menyadari bahwa anak-anak ini memerlukan
pelayanan pendidikan khusus yang terletak di luar jangkauan kurikulum biasa.
3. Sebagai fasilitator belajar
Setelah anak berbakat diidentifikasi, guru hendaknya mengusahakan suatu
lingkungan belajar sesuai dengan perkembangan yang unggul dari
kemampuan-kemampuan anak. Sehubungan dengan ini guru hendaknya lebih berfungsi
sebagai fasilitator belajar daripada sbagai
instructor (pengajar) yang menentukan semuanya. Fungsi pendidik adalah
mempersiapkan siswa untuk belajar seumur hidup. Setiap anak dilahirkan dengan
rasa ingin tahu. Ia terbuka terhadap pengalaman baru dan belajar dari
pengalamannya sesuai dengan kebutuhannya. Hanya sayang, pada waktu anak mulai
masuk sekolah sering dorongan alamiah untuk belajar ini terkekang karena
kurikulu yang kaku dan program belajar yang tidak beragam (berdiferensiasi),
artinya tidak disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
Jika dorongan alamiah ini terhambat di sekolah, rasa ingin tahu anak akan
mati dan berganti menjadi sikap apatis, acuh tak acuh. Karena itu, diperlukan motivasi eksternal (berupa dorongan,
pujian, teguran dari guru dan orang tua) dan system penghargaan (nilai-nilai
prestasi belajar, angka rapor) untuk menumbuhkan minat anak. Terutama anak yang
cerdas dan berbakat dengan rasa ingin tahu yang kuat dan minat yang luas akan
merasa terhambat dengan kurikulum yang hanya berorientasi pada mayoritas anak.
Barbe dan Renzulli (Munandar, 1999: 64) mengungkapkan beberapa saran untuk
guru yang dapat diterapkan pada semua anak, tetapi terutama penting demi
peningkatan kebiasaan belajar seumur hidup dari anak berbakat:
a. Bentuklah pengalaman belajar
dengan rasa ingin tahu alamiah anak dengan menghadapkan masalah-masalah yang
relevan dengan kebutuhan, tujuan, dan minat anak.
b.
Perkenankanlah anak untuk ikut serta dalam menyusun dan merencanakan
kegiatan-kegiatan belajar.
c.
Berikanlah pengalaman dari kehidupan nyata yang meminta peran serta aktif
anak dan kembangkan kemampuan yang perlu untuk itu.
d.
Bertindaklah, lebih sebagai sumber belajar daripada sebagai penyampai
infomasi; jangan paksakan pengetahuan yang belum siap diterima anak.
e.
Usahakan agar program belajar cukup luwes untuk mendorong siswa melakukan
penyelidikan, percobaan, (eksperimen), dan penemuan sendiri.
f.
Doronglah dan hargailah inisiatif, keinginan mengetahui dan menguji, serta
orisinalitas.
g. Biarkan anak belajar dari
kesalahannya dan menerima akibatnya (tentu saja selama tidak berbahaya dan
membahayakan).
4. Memberi tugas yang bermakna
Guru anak berbakat lebih banyak memberikan tantangan daripada tekanan.
Prakarsa dan keuletan anak berbakat membuatnya tertarik terhadap tantangan. Ia
senang menguji kemampuan dan penglamannya terhadap tugas yang bermakna baginya.
Ia merasa tertantang untuk menjajaki hal yang sulit dan belum diketahui. Anak
yang berbakat dan kreatif cepat bosan dengan tugas-tugas rutin dan yang hanya
mengulang-ulang.
5. Memperhatikan perkembangan
kemampuan anak
Guru anak
berbakat tidak hanya memperhatikan produk atau hasil belajar siswa, tetapi
lebih-lebih proses belajar. Belajar bagaimana harus menyadari bahwa belajar (learn) lebih penting daripada menguasai
bahan pengetahuan semata-mata. Anak yang tahu bagaimana harus belajar untuk
seumur hidupnya akan dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari.
Macam kegiatan
belajar yang lebih berorientasi kepada proses daripada terhadap produk
semata-mata dapat dilihat dari contoh-contoh berikut ini.
·
Pemecahan masalah dengan lebih menekankan pada proses memperoleh jawaban
daripada jawabannya sendiri.
·
Membuat klasifikasi (penggolongan).
·
Membandingkan dan mempertentangkan.
·
Membuat pertimbangan sesuai dengan criteria tertentu.
·
Menggunakan sumber-sumber (kamus, ensiklopedi, perpustakaan).
·
Melakukan proyek penelitian.
·
Melakukan diskusi.
·
Membuat perencanaan kegiatan.
·
Mengevaluasi pengalaman.
6. Guru anak berbakat lebih baik
memberikan umpan-balik daripada penilaian.
Agar menjadi
orang dewasa yang mandiri dan percaya pada diri sendiri, anak harus belajar
bagaimana menilai pengalaman dan prestasi belajarnya. Anak yang berbakat cukup
mampu melakukan penilaian diri sejak mereka masuk sekolah. Guru perlu memberi
umpan-balik dan model prilaku, namun seyogyanya anaklah yang menilai diri
sendiri.
Anak harus
belajar menilai pekerjaannya sendiri, tidak dalam angka tetapi dalam kaitan
dengan kebutuhan dan tujuannya. Penilaian oleh diri sendiri ini disebut evaluasi intrinsik sedangkan penilaian
dari luar (oleh orang lain) disebut evaluasi
ekstrinsik. Ini tidak berarti bahwa guru tidak boleh menilai kemajuan dan
prestasi anak. Hal ini perlu agar guru dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan
anak sebagai dasar untuk membantu meningkatkan prestasinya. Guru dapat
memberikan umpan-balik dengan membuat catatan yang menyatakan dimana letak
kesalahan anak dan bagaimana ia sendiri dapat memperbaikinya. Jika nilai dalam
bentuk angka harus diberikan, maka sebaiknya dilengkapi dengan catatan
penjelasan.
7. Guru anak berbakat harus
menyediakan beberapa alternatif strategi
belajar.
Termasuk salah
satu hal penting yang perlu diketahui anak ialah bahwa ada lebih dari satu cara
untuk mencapai sasaran atau tujuan, ada macam-macam kemungkinan jawaban
terhadap satu masalah, ada beberapa cara untuk mengelompokkan objek, dan ada
beberapa sudut pandang dalam diskusi. Sering guru menekankan bahwa suatu tujuan
atau jawaban hanya dapat dicapai dengan satu cara, bahwa hanya satu jawaban
yang benar terhadap suatu masalah.
Hendaknya anak
diperbolehkan menjajaki beberapa cara atau jalan untuk mencapai tujuan.
Kreativitas akan berkembang dalam suasana yang memberika kebebasan untuk
menyelidiki. Jika anak tidak dengan sendirinya melihat macam-macam jalan yang
dapat ditempuh, hendaknya guru mengarahkan sehingga ia dapat melihat adanya
macam-macam alternative strategi belajar.
8. Guru hendaknya dapat menciptakan
suasana di dalam kelas yang menunjang rasa
percaya diri anak serta dimana anak
merasa aman dan berani mengambil resiko dalam menentukan pendapat dan
keputusan. Hendaknya setiap anak merasa aman untuk mencoba cara-cara baru dan
menjajaki gagasan-gagasan baru di dalam kelas. Banyak anak yang kreatif
terlambat dalam ungkapan diri karena takut mendapat kritik, takut gagal, takut
membuat kesalahan, takut tidak disenangi guru, atau takut tidak memenuhi
harapan orang tua.
Dengan
menciptakan suasana di dalam kelas dimana setiap anak merasa dirinya diterima
dan dihargai, serta guru menunjukkan bahwa ia percaya akan kemampuan anak, maka
akan terpupuk rasa harga diri anak. Beberapa saran yang dapat diberikan:
·
Guru menghargai kreativitas anak.
·
Guru bersikap terbuka terhadap gagasan-gagasan baru.
·
Guru mengakui dan menghargai adanya perbedaan individual.
·
Guru bersikap menerima dan menunjang anak.
·
Guru menyediakan pengalaman belajar yang berdiferensiasi.
·
Guru cukup memberikan struktur dalam mengajar sehingga anak tidak merasa
ragu-ragu tetapi di lain pihak cukup luwes sehingga tidak menghambat pemikiran,
sikap, dan perilaku kreatif anak.
·
Setiap anak ikut mengambil bagian dalam merencanakan pekerjaan sendiri dan
pekerjaan kelompok.
·
Guru tidak bersikap sebagai tokoh yang “maha mengetahui” tetapi menyadari
keterbatasannya sendiri.
Jelaslah bahwa
peran guru sangat penting, tidak hanya dalam mempengaruhi belajar siswa selama
di sekolah, tetapi juga dalam mempengaruhi masa depan anak.
DAFTAR PUSTAKA
Susanto,
Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta:
Kencana.
Munandar, Utami. 1999. Mengembangkan
Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta:
Gramedia Pustaka.
Semiawan, Conny R. 1999. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Munandar, Utami. 2004. Pengembangan
Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:
Asdi Mahasatya.
Yuwono,
Trisno. 2003. Kamus lengkap Bahasa
Indonesia. Surabaya:
Arkola.
Hamdani, Asep Saepul. 2002. Pengembangan Kreativitas. Jakarta: Pustaka As-Syifa.